Senin, 09 April 2012

SMK 1 Rota Bayat Angkat Sentra Kerajinan Bayat




SEMARANG-Lulusan SMK selalu dipersiapkan untuk bekerja. Tetapi kini selain siap bekerja, mereka juga harus dapat menciptakan lapangan kerja sendiri dengan berwirausaha. Seperti halnya SMK Negeri 1 ROTA Bayat Klaten yang menyiapkan siswanya untuk mengembangkan sentra batik dan keramik.

Sekolah yang berdiri tahun 2009 atas bantuan gempa dari Pemerintah Qatar melalui Titian Foundation dan bekerja sama dengan Pemkab Klaten ini, dibangun untuk mengangkat sentra kerajinan daerah tersebut. SMK Negeri 1 ROTA Bayat memiliki dua jurusan, yaitu KRIA TEKSTIL dan KRIA KERAMIK.

‘’Memang sengaja hanya dua jurusan, karena fokus yang hendak dikembangkan adalah kerajinan tersebut dan pasti menonjolkan ciri khas tersendiri,’’ ujar guru Kriya Tekstil (Batik), Putri Novianti,Ssn di sela-sela pameran di stan Dinas Pendidikan Provinsi Jateng.

Berbagai kerajinan seperti batik dan keramik yang dipamerkan di ajang JATENG FAIR 2010 mencoba menyuguhkan teknik dan cara membatik atau membuat keramik kepada pengunjung. Ciri khas dari Batik Bayat yang motifnya diciptakan oleh siswa SMK ini adalah gambar binatang dengan pecahan tanah kering sesuai kontur tanah di sana.

Putri menjelaskan, di jurusan Kria Tekstil mengajarkan 60% cara pembuatan batik dan 40% keteknikan lain seperti tenun, rajut, dan jahit. Sementara jurusan Kria Keramik menggunakan teknik putaran miring yang menghasilkan keramik dalam bentuk tipis dengan kualitas yang lebih unggul.

sumber :

DIES NATALIS SMKN 1 ROTA BAYAT

Dies Natalis ke-2 SMK Negeri 1 ROTA Bayat

Lapangan hijau yang biasanya terpapar teriknya matahari itu kini terlindung oleh deklit hijau yang berdiri kokoh diatasnya.  Ratusan kursi ditata begitu rapinya menghadap kearah GSG. Ruangan yang dulunya begitu luas itu kini bertahta sebuah panggung dengan hiasan bunga-bunga cantik dari gelas aqua. Disekelilingnya terdapat kursi tamu undangan yang berhadapan dengan Gamelan jawa. Sementara pada Background kita dapat mengetahui bahwa segala kemegahan itu ada untuk memeriahkan ulang tahun sekolah SMK N 1 ROTA Bayat yang kedua.

Ya. Pada tanggal 17 Desember 2011 SMK telah menginjak usia yang relatif masih muda. 2 tahun. Dan telah kita ketahui bersama bahwa meskipun usianya masih muda, SMK jurusan seni yang berdiri di Beluk ini telah menorehkan berbagai  prestasinya.

Acara tersebut dibuka oleh iringan gending-gending jawa dari kelompok siswa karawitan. Kemudian dilanjutkan dengan penampilan Tari Gambyong sebagai simbolisasi sambutan kepada para hadirin. Pemotongan Tumpeng sebagai  simbolisasi ulang tahun dilaksanakan oleh kepala sekolah, Bp. Supardi. Jika pada ulang tahun pertama potongan tumpeng pertama diserahkan kepada Bp. Suwarno maka pada ulang tahun kedua ini potongan tumpeng pertama diserahkan kepada kepala Tata Usaha yaitu Bp. Kadarisman.



Sesuai dengan tema yang diangkat, “Go Green For Our Dreams”  selain menggunakan hiasan dari benda-benda daur ulang, dalam acara Dies Natalis terdapat acara penulisan mimpi-mimpi di pohon harapan oleh para siswa. Dilanjutkan oleh sambutan dari Mas dan Mbak Klaten sebagai tamu undangan.

Acara ulang tahun sekolah dimeriahkan oleh penampilan-penampilan yang menarik seperti pertunjukan pencak silat dari pemenang Ajang RMB yaitu Edi dan Indra kelas X. Alunan syahdu dari grup TIVO, atraksi-atraksi dari Tekwondo, Fashion Show dengan gebrakan busana Koran, serta yang tak kalah menarik guru SMK N 1Rota Bayat ikut tampil diwakili oleh Bp. Aris. Penampilan yang spektakuler juga disajikan oleh Mas dan Mbak Klaten yang  menyajikan Fashion Show .

Acara juga dimeriahkan oleh beberapa Band yang tampil, seperti  Band kelas Xll, Band Visionist, band Kelas Xl K2, Band All Refans, serta Java Young.

Acara yang begitu mempesona tersebut ditutup dengan dangdut hingga jam 4 sore. Segala kenangan, prestasi yang gemilang, kebersamaan dalam tawa tersaji untuk SMK N 1 ROTA Bayat tercinta.

SEKOLAH SENI

SMKN 1 ROTA Bayat, Klaten

 

Berkeliling di Pekan Produk Kreatif Indonesia 2011 yang berlangsung di di JCC Senayan 6-10 Juli yang baru lewat, memunculkan kembali rasa optimis akan negeri ini. Kaum muda menunjukkan kreativitas mereka yang beragam, meyakinkan masa depan negeri ini tak akan suram. Mereka membawa perubahan dan perubahan sedang terjadi sekarang. Beberapa universitas atau kreatif muda profesional bahkan sekolah kejuruan ikut serta dalam ajang ini. Antara yakin dan berharap cemas kreativitas mereka juga merambah dalam wujud batik membawa @batikIDku pada kekaguman akan corak batik indah dengan pewarna alam yang digantung-gantung mencolok pada stan mereka. Ternyata stan ini milik SMKN 1 ROTA Bayat dari Klaten, Jawa Tengah.
Mereka menyediakan canting dan malamnya untuk pengunjung yang ingin mencoba proses awal membatik. Setelah anak-anak SMKN 1 Bayat ini membuatkan pola dengan pensil pada sehelai kecil kain, maka pengunjung dapat merasakan sendiri melekatkan malam dengan canting pada kain berpola tersebut. Menarik bukan? Karya batiknya yang cantik dan penyajian stan yang unik ternyata baru sedikit dari fakta potensi sekolah kejuruan ini. Pak Daliya, pengajar jurusan Kriya Tekstil SMKN 1 menceritakan keberhasil sekolah ini pada ajang nasional yaitu Student Company Fair di Plaza Semanggi 25-26 Juni 2010 sebagai ‘The Most Active and Best Performing Student Company’ Student Company diaplikasikan pada materi pengajaran kewirausahaan di sekolah kejuruan ini. Dengan nama perusahaan pelajar SAKURA mereka membuktikan dapat menghasilkan keuntungan yang sehat juga mendapatkan penghargaan atas pengelolaan hadiah uang yang mereka dapat (berita lengkapnya dapat dilihat pada tautan ini)
Batik tulis tangan dengan pewarna kimia karya siswa SMKN 1 ROTA Bayat
Sekolah menengah kejuruan yang didirikan di tengah sentra pengrajin batik dan keramik di tahun ajaran baru 2009 yang lalu, awalnya kurang mendapat sambutan positif masyarakat setempat yang enggan menyekolahkan anak mereka ke sekolah kejuruan ini, takut hanya bernasib sama saja dengan ortu mereka sebagai pengrajin batik dan keramik. Namun tak hanya prestasi Student Company di ajang nasional tetapi posisi terbaik ke-dua Internasional disabet juga oleh SMKN 1 Bayat ini yang diwakili Ines Wardani dan tim kecilnya dalam kategori Company Fair di FIE (El Foro Internacional De Emprendedores/ International Forum of Entrepreneurs) Mei 2011 lalu di Cordoba, Argentina.  Ajang internasional ini diwakili 12 negara (berita lengkapnya dapat dilihat pada tautan berikut)
Batik tulis tangan dengan pewarna alam karya siswa SMKN 1 ROTA Bayat
Prestasi gemilang di usia yang baru menginjak 2 tahun tak lepas dari arsitek-arsitek hebat pendiri dan pengarah sekolah kejuruan ini. Didirikan atas kerjasama Depdiknas, pemerintah setempat, ROTA (Reach Out To Asia), Qatar Foundation dan Titian Foundation, memiliki visi ‘menjadi SMK bertaraf internasional dan center of excellence dalam bidang batik dan keramik di Indonesia dengan menghasilkan lulusan yang terampil dan memiliki citarasa seni tinggi sehingga mampu bersaing di pasar internasional’. Jurusan Keramik dibina langsung oleh ahli keramik dari Jepang, Profesor Kawasaki yang sangat tertarik metoda putar miring dalam pembuatan keramik yang satu-satunya di dunia ini hanya ditemukan di Bayat, Klaten.
Batik Cap kombinasi tulis
Sasaran Jurusan Kriya Tekstil sendiri adalah : membekali siswa ketrampilan teknik dan pengetahuan seni tekstil berfokuskan pada seni batik, mencetak siswa yang mampu menopang industri tekstil daerah dan nasional, dan yang terakhir menyadarkan bahwa seni tekstil terutama batik yang merupakan warisan adiluhung bangsa Indonesia memerlukan peran aktif dalam usaha pelestariannya.
Sekolah yang diawali dengan 2 kelas per jurusan (total 4 kelas) masing-masing dengan 32 siswa per kelas, kini siap menyambut angkatan baru di tahun ke-tiga nya dan juga melepas lulusan tahun pertamanya. Di tahun pertama, siswa jurusan kriya batik wajib ikut menorehkan canting pada Sketsa Budaya Bangsa yang merupakan sketsa dalam batik kain panjang yang saat ini sudah mencapai 140 meter. Pak Daliya pengajar dengan segudang keahlian  dan filosofi mendalamnya merupakan lulusan SSRI (kini SMSR) tahun ‘86. Beliau melanjutkan ke IKIP Yogyakarta mengambil Program Studi senirupa dengan tugas akhir Lukis. Filosofi batik telah dikuasainya berkat pengalaman mengajar batik sejak ‘94 di SMKN 1 Kalasan sampai sekarang. Beliau pernah menyabet Penghargaan Pratita Adikarya terbaik batik sandang di Pendopo SMSR Jogja tahun ’86.
Ragam corak yang dipamerkan
Menurut Pak Daliya, siswa Kelas 1 fokus pada pengetahuan motif batik tradisional klasik nusantara. Kelas 2 pada filosofi batik. Kelas 3 pengembangan ciri khas motif kreasi sendiri. Dalam uraian pendeknya lulusan SMKN 1 Bayat ini diharapkan siap kerja, siap berwiraswasta, dan ke tiga untuk menyiapkan siswa yang tertarik melanjutkan pendidikan ke universitas.  Melalui Student Company yang kemudian masuk dalam kurikulum, siswa diminta untuk membuat proposal kewirausahaan untuk mendapatkan modal dari 2 juta sampai dengan 8 juta rupiah.
Impian Pak Daliya untuk mendirikan Monumen Canting Terbesar yang menaungi lab batik terbesar dan menjadi pusat riset batik dan keramik berskala Internasional. Beliau menutup obrolan dengan filosofinya :
Batik cap kombinasi tulis
Dengan Ilmu hidup lebih mudah,
Dengan Seni hidup jadi indah,
Dengan I

Batik 70 Meter, Masterpice SMKN 1 Rota Bayat

Rifa Nadia Nurfuadah
Senin, 28 Juni 2010 18:09 wib
 0  00
Daliya di depan Sketsa Budaya Bangsa (foto: Rifa/okezone)
Daliya di depan Sketsa Budaya Bangsa (foto: Rifa/okezone)
JAKARTA - Biasanya, program kompetensi yang dibuka pada suatu sekolah menengah kejuruan (SMK) tergantung pada potensi alam daerah tersebut. Di daerah Jawa Tengah, banyak SMK memasukkan keahlian batik sebagai kompetensi kajiannya.

Seperti yang terdapat pada SMKN 1 Rota Bayat, Klaten, Jawa Tengah. Program kompetensi batik di SMK tersebut telah mampu menghasilkan produk-produk berkualitas yang punya daya jual. Produk-produk ini mereka tampilkan dalam Pameran Produk Kreatif Indonesia (PPKI) 2010 di Jakarta Convention Center, pekan lalu.

"Selama dua hari pameran pendapatan kami telah mencapai Rp20 juta," klaim Guru SMKN 1 Rota, Bayat, Klaten, Jawa Tengah Daliya kepada okezone di sela-sela pameran.

Daliya menambahkan, selain produk-produk komersial, SMKN 1 Rota, Bayat, sedang mempersiapkan satu karya yang akan menjadi masterpiece mereka. Karya ini diberi nama Sketsa Budaya Bangsa.

Sketsa Budaya Bangsa merupakan satu karya batik tulis yang dikerjakan oleh siswa kelas 1 SMKN 1 Rota, Bayat. Mereka membuat lukisan tentang berbagai kehidupan sosial di Indonesia seperti kehidupan para petani, nelayan, pedagang, peternak, dan lainnya. Selama tiga bulan pengerjaannya, karya ini sudah mencapai panjang 70 meter.

"Kami harap, dengan dukungan banyak pihak karya ini akan terus dikembangkan hingga lebih panjangnya, bahkan kalau mungkin menjadi tidak terhingga," papar Daliya.

Daliya juga berharap, karya ini bisa masuk daftar Museum Rekor Indonesia (MURI) atau bahkan tercatat di buku rekor dunia. Dia mengklaim, karya SMKN 1 Rota, Bayat, ini adalah yang pertama di Indonesia, bahkan dunia.(rhs)

SMKN 1 ROTA Bayat Raih Juara ke-3 Student Company Competition 2011



Kompetisi tahunan Student Company (SC) Competition 2011 akhirnya dimenangkan Sekolah Menengah Kejuruan Negeri (SMKN) 26 Jakarta. Juara kedua diraih SMAN 1 Bogor, Jawa Barat dan ketiga direbut SMKN 1 ROTA Bayat, Klaten, Jawa Tengah.

Sementara kategori penampilan terbaik didapat SMKN 1 ROTA Bayat Klaten, dan kategori Profil Video Perusahaan Favorit diraih SMKN 26 Jakarta, serta pemenang Business Solution Challenge diperoleh SMKN 8 Jakarta.

Menurut Direktur Prestasi Junior Indonesia (PJI) Robert Gardiner, belum lama ini, lomba tersebut dimaksudkan untuk mengasah kemampuan siswa dalam berwirausaha. Kompetisi yang keempat kalinya ini mengikutsertakan perusahaan siswa (SC) sebanyak 12 sekolah menengah atas (SMA/SMK).

Dalam kompetisi itu, setiap perusahaan siswa bersaing untuk menjual produk mereka kepada pengunjung mal. Selain menjual produk, Robert menambahkan, sejumlah siswa juga mengikuti kompetisi dalam beberapa kategori, yaitu presentasi bisnis, kreativitas seni, tantangan bisnis dan video profil perusahaan.

"Pengalaman ini merupakan pembelajaran wirausaha langsung yang sangat berharga bagi siswa sehingga dapat meningkatkan kepercayaan diri guna meraih cita-citanya", ujar Robert.

Sementara itu, Direktur Utama PT Bank Mayapada Internasional, Tbk Haryono Tjahjarijadi, optimistis lomba tersebut dapat membentuk jiwa wirausaha muda Indonesia. Ia pun berharap para peserta bisa menjadi pebisnis sejati yang bertanggungjawab sehingga mampu memberikan kontribusi bagi perekonomian Indonesia.

Rencananya, pemenang terbaik lomba Student Competition yang bekerjasama dengan American Chamber of Commerce (AmCham) Indonesia dan PT Bank Mayapada Internasional tersebut akan mewakili Indonesia dalam beberapa event internasional. Termasuk, kegiatan Asia Pacific Student Company of the Year Competition pada bulan Januari 2012 mendatang.
berita serupa : http://berita.liputan6.com/read/346201/

SMKN 1 ROTA MELAHIRKAN KENZO-KENZO DARI BAYAT

SMKN 1 ROTA, Melahirkan Kenzo-Kenzo dari Bayat
HERU SRI KUMORO/KOMPAS IMAGESSiswa SMKN 1 ROTA, Bayat, Klaten, Jawa Tengah, praktik membuat keramik dengan teknik putaran miring di sekolah, Kamis (17/12/2009).
Oleh: Sri Rejeki
"Buruh batik hanya tahu mendapat upah Rp 10.000. Padahal, dengan 'booming' batik, seharusnya mereka bisa dapat lebih dari itu."
-- Lily Kasoem/Ketua Yayasan Titian
KLATEN, KOMPAS.com — Serombongan perempuan dan laki-laki mengenakan busana paduan dari kain batik dan tenun tangan. Kain batik atau tenun dijadikan rok selutut atau semata kaki, lalu dipadukan dengan selendang batik atau tenun yang digunakan untuk menutup bahu dan disimpul membentuk pita di depan dada. Sungguh unik dan etnik.
Mereka membawa kain batik panjang dengan motif flora karya sendiri yang dibentangkan sambil berlenggak-lenggok di atas panggung. Karya para pelajar Sekolah Menengah Kejuruan Negeri (SMKN) 1 ROTA yang terletak di Desa Beluk, Kecamatan Bayat, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah, ini mengingatkan Lily Kasoem akan Kenzo—perancang busana kenamaan asal Jepang—yang tinggal di Paris, Perancis, dan selalu memasukkan ciri khas negaranya pada karya-karyanya.
Menurut pemilik usaha Lily Kasoem Optical ini, anak-anak dari Bayat ini pun bisa menjadi Kenzo-Kenzo di masa depan. Sarana untuk membantu anak- anak dari pelosok Bayat meraih mimpinya ini telah disediakan berupa sekolah yang representatif.
SMKN 1 ROTA, dilihat dari fisik gedungnya, tidak kalah dari sekolah internasional yang ada di kota-kota besar. Ruang kelas berkondisi nyaman dengan banyak jendela besar membuat kelas terang dan memiliki sirkulasi udara yang baik. Fasilitas pun lengkap.
Sekolah yang membuka dua jurusan ini, yakni tekstil dan keramik, menyediakan dua bengkel kerja. Di bengkel kerja keramik, siswa dapat praktik membuat keramik dengan teknik putaran tegak maupun miring yang menjadi ciri khas Bayat.
Profesor Chitaru Kawasaki, yang bertahun-tahun meneliti teknik putaran miring Bayat karena hanya satu-satunya di dunia ini, siap mendampingi siswa setelah didapuk sebagai guru tamu. Teknik pewarnaan, dekorasi gerabah, dan pembakaran dengan tungku tradisional juga dipelajari siswa di bengkel kerja ini.
Karya siswa yang baru empat bulan belajar membuat gerabah sederhana tampak dipajang di salah satu sudut bengkel kerja. Di bengkel kerja tekstil, para siswa terlihat asyik membuat desain dan gambar. Ada pula yang belajar membatik dengan canting dan malam serta mewarnai.
Mesin jahit dan obras terpasang, menunggu giliran untuk mengantar para siswa belajar memodifikasi kain karya mereka menjadi busana. Contoh karya berupa kain panjang (jarik) dan selendang batik serta contoh busana terpajang di beberapa sudut ruangan. Karya terbaik dipamerkan di galeri komersial.
Bukan tanpa sebab jika SMKN 1 ROTA membuka dua jurusan yang unik ini. Jurusan keramik bahkan satu-satunya di Kabupaten Klaten. Potensi Bayat sebagai pusat perajin batik tulis dan gerabah meyakinkan pihak donor untuk membuka dua jurusan yang sesuai dengan potensi lokal.
"Di Bayat sudah banyak buruh batik dan keramik. Kita tak perlu lagi menambah jumlah mereka. Anak-anak yang bersekolah di SMKN 1 ROTA ini yang nanti akan menggunakan sumber daya manusia yang ada untuk keuntungan masyarakat karena akan memotong jalur tengah atau makelar. Buruh batik hanya tahu mendapat upah Rp 10.000. Padahal, dengan booming batik, seharusnya mereka bisa dapat lebih dari itu," kata Lily, yang juga Ketua Yayasan Titian yang menjadi mitra Reach Out to Asia (ROTA) di Indonesia.
ROTA adalah salah satu divisi dari Qatar Foundation yang dimiliki keluarga Kerajaan Qatar yang khusus mengurusi program di Asia. ROTA akan menggelontorkan 3 juta dolar Amerika Serikat atau kurang lebih Rp 28,5 miliar untuk pembangunan gedung sekolah dan fasilitasnya, mendatangkan guru-guru tamu, serta pengembangan kurikulum hingga tiga tahun ke depan. Setelah itu diharapkan SMKN 1 ROTA dapat mandiri lepas landas mencapai cita-citanya memajukan pendidikan dan kehidupan anak-anak di pelosok Bayat.
Selain memberi bekal keterampilan, siswa-siswi SMKN 1 ROTA dibekali pengetahuan kewirausahaan, bahasa Inggris, dan teknologi informasi agar tidak hanya menjadi jago kandang, melainkan mampu pula bersaing di pasar global. Oleh karena itu, laboratorium bahasa dan komputer dengan fasilitas sangat memadai serta perpustakaan dengan 1.500 judul buku dan koleksi audio visual siap mengantarkan para siswa agar tidak ”kuper” menghadapi pergaulan global.
Dengan berbagai program penunjang ini, siswa diharapkan kelak mampu menghasilkan karya seni batik dan keramik yang artistik dan bernilai ekonomis tinggi. Mereka diharapkan menjadi pencipta, bukan sekadar menjadi tukang. Para siswa pun dengan lugas mengatakan bercita-cita menjadi wirausaha, seperti Indriani Asta (15) yang ingin menjadi pengusaha batik.
Gubernur Jawa Tengah Bibit Waluyo, yang menghadiri peresmian sekolah ini akhir Desember 2009 lalu berharap, pihak lain melalui program corporate social responsibility (CSR)-nya dapat berlomba melakukan hal serupa untuk memajukan pendidikan anak-anak, khususnya di Jawa Tengah. Pembangunan SMKN 1 ROTA disebutnya contoh bagus kerja sama Pemerintah Kabupaten Klaten, yang menyediakan lahan hampir 3 hektar, dengan ROTA dan Titian.
Direktur ROTA Omnia Nour berharap, SMKN 1 ROTA tidak hanya menjadi sekolah biasa, melainkan pusat unggulan (center of excellence) batik dan keramik dengan dukungan fasilitas yang lengkap dan guru-guru yang kompeten. Pembangunan SMKN 1 ROTA sekaligus ingin menunjukkan bahwa pendidikan adalah hak untuk semua. Anak desa pun tidak kalah dari anak kota jika memiliki akses pendidikan yang sama.

BUDIDAYA TANAMAN JAGUNG

Budidaya Jagung di Lahan Bawah Tanaman Kelapa


Program peremajaan yang sedang dan akan terus dilanjutkan di Indonesia sebagai upaya meningkatkan  produksi tanaman kelapa akan lebih berhasil jika memberikan jaminan peningkatan pendapatan  bagi petani. Dengan menerapkan teknologi  jarak tanam dan sistem tanam baru kelapa dengan berwawasan tanaman campuran (polikultur). Dari hasil pengujian lapangan bahwa  Usaha tani polikultur secara agronomi tidak mengganggu pertumbuhan dan produksi tanaman kelapa. Selanjutnya secara ekonomi usaha tani semacam ini justru meningkatkan pendapatan petani dibanding dengan usaha tani kelapa monokultur.
Pengusahaan tanaman sela diantara tanaman kelapa dapat memperbaiki aerasi tanah sehingga dapat memperbaiki sistem perakaran kelapa dan meningkatkan produksi buah kelapa (Setyamidjaya, 1994). Dewasa ini sistem tumpang gilir (panen berganda, multiple cropping) dianggap dapat dilakukan pula dibawah tanaman kelapa yang telah menghasilkan. Tumpang gilir terutama terutama dianjurkan untuk mengatasi terjadinya akibat yang tidak menguntungkan karena naik turunnya harga kelapa yang sulit diramal. Pertimbangan lain dilakukannya penanaman  berganda (terutama pada perkebunan takyat) adalah untuk menyerap tenaga kerja, sebagai pengendalian gulma, konservasi lahan, memperbaiki sifat-sifat tanah, dan menambah produksi.
 Setyamidjaya, (1994) menyebutkan  bahwa tanaman sela  jagung dengan kelapa rakyat di Minahasa, Sulawesi Utara dapat menurunkan biaya rata-rata produksi dan menambah keuntungan usaha tani. Program sistem pertanian terpadu berbasis kelapa adalah untuk meningkatkan efisiensi dan pemanfaatan lahan dipertanaman kelapa pada satu luasan dan waktu tertentu.
Untuk memperoleh hasil yang baik dari tanaman pokok (kelapa) maupun tanaman sela, dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti tersedianya tenaga kerja, keadaan tanah dan iklim, pemasaran hasil dan umur tanaman kelapa yang bersangkutan.

Persiapan lahan
Lahan yang digunakan pada kegiatan ini adalah lahan peremajaan kelapa yang tua atau rehabilitasi kelapa. Kegiatan yang dilakukan penebangan kelapa yang sudah tua  kemudian lahan dibersihkan dari pohon kelapa,   ranting-ranting dan gulma. Melakukan pengajiran  untuk membuat jarak tanam kelapa  12 m x 12 m. Diantara tanaman kelapa  direncanakan akan ditanami kakao sebagai tanaman tumpang sari.  Pembuatan lubang dilakukan setengah bulan sebelum penanaman  kelapa,  dengan ukuran panjang, lebar, dan dalam 50 cm x 50 cm x 50 cm. Satu minggu sebelum penananam kelapa dilakukan pemupukan dengan pupuk kandang pada lubang tanam yang sudah disiapkan dengan dosis pupuk kandang 1/5 zak ukuran 50 kg pupuk per lubang.  Dalam memanfaatkan lahan diantara tanaman kelapa yang masih kosong akan ditanami dengan tanaman jagung manis. Penanaman jagung manis dilakukan tanpa  olah  tanah (TOT). Lahan dibersihkan dari gulma dan ranting yang ada serta gulma, selanjutnya dibuat barisan tanaman jagung dengan arah timur barat dengan jarak tanam 75 cm x 25 cm. Tanah  langsung ditugal  dengan menggunakan alat tugal. Setiap lubang tugalan diberi pupuk kandang dari kotoran sapi sebanyak satu genggam.

Penanaman
Tanaman kelapa ditanam pada tanggal 21 Februari 2009 dengan jarak tanam 12 m x 12 m dengan jumlah tanaman 42 pohon dengan jumlah 7 baris arah timur barat dan 6 baris utara selatan. Varietas kelapa yang ditanam adalah unggul lokal Kabupaten Hulu Sungai Selatan – Kalimantan Selatan. Pada saat tanam setiap lubang diberi  pupuk SP 36 dengan dosis 2 sendok makan setiap lubang.
 
Image    
Gambar 1: Tanaman jagung varietas Bonanza F1umur 30 hari  di tanam di BBPP Binuang

Tanaman jagung manis yang ditanam varietas Bonanza F1 yang diproduksi  PT East West Seed Indonesia yang memproduksi benih tanaman cap Panah Merah.  Varietas jagung Bonanza F1 mempunyai keunggulan :  Tanaman seragam, tongkol seragam berpotensi 2 tongkol/tanaman, Warna bulir kuning, rasa manis dan lembut, bobot tongkol 270 – 500 gram untuk konsumsi segar, panen pada umur 63 hari setelah tanam, potensi hasil 13 – 15 ton/ ha (Anonim,2008). Penanaman jagung dilakukan  pada tangal 16 April 2009. Penanaman dilakukan pada tanah  yang telah ditugal dan diberi pupuk kandang. Setiap lubang ditanam satu benih jagung manis Bonanza F1. Bersamaan menutup tanah dilakukan pemupukan   dengan pupuk campuran  SP 36 dan Urea dengan dosis 1/2 sendok makan yang diberikan dengan cara dicampur tanah yang akan digunakan untuk menutup lubang penanaman.

PembumbunanBenih  jagung mulai tumbuh empat hari setelah tanam yaitu pada tanggal 20 April 2009. Pembumbunan segera dilakukan  pada tanaman  umur 15 hari setelah tanam yang sekaligus mengendalikan gulma disekitar tanaman. Pembumbunan sangat diperlukan untuk memperbaiki aerasi tanah dan menghindari tananam rebah. Pembumbunan dan pengendalian gulma disekitar tanaman dilakukan secara bersama-sama terutama sebelum dilakuakan pemupukan pada tanaman. Sedangkan pengendalian gulma diantara barisan tanaman jagung dan piringan kelapa dilakukan dengan herbisida secara berkala apabila gulma kelihatan lebat  dengan herbisida Gramoxone yang di Produksi PT Sygenta Indonesia.

Pemupukan
Pemupukan jagung pertama pada saat tanam dengan pupuk SP 36 dan urea dengan dosis 1/3 sendok makan yang diberikan dengan cara dicampur tanah yang akan digunakan untuk menutup lubang penanaman

Image
Gambar 2. Tanaman jagung Varietas Bonanza F1 yang sudah mulai berbuah.

Pemupukan kedua  tanaman jagung pada umur 15 hari dengan pupuk urea dan KCl dengan dosis 1 sendok makan yang diberikan disebelah utara dan selatan pada barisan tanaman jagung yang sekaligus digunakan untuk pembubumbunan dan pengendalian gulma disekitar tanaman jagung. Pemupukan ke tiga  dilakukan pada umur tanaman 35 hari dengan pupuk Urea dan KCl dosis 1 sendok yang diberikan di sebelah timur dan barat tanaman atau didalam barisan  tanaman yang sekaligus pembumbunan dan mngendalikan  gulma. Pemupukan tanaman kelapa dilakukan pada umur 15 hari  setelah tanam dengan campuran pupuk urea dan KCl dengan dosis 1/3 kg per pohon yang diberikan secara melingkar  disekeling tanaman.

Penjarangan tongkol
Tanaman jagung yang sudah mengeluarkan tongkol selalu diperiksa apabila ditemukan satu batang tanaman jagung mengeluarkan  3 tongkol maka satu tongkol yang paling kecil  segera dibuang (dapat dimanfaatkan sebagai sayur). Sedangkan tanaman yang mengeluarkan tongkol satu  atau dua tongkol dibiarkan tumbuh menjadi tongkol dewasa yang dapat dipanen.

Pengendalian hama penyakit
Pengendalian hama dan penyakit pada tanaman kelapa dan jagung yang dilakukan dengan cara melakukan pengamatan secara  berkala dikebun bila terjadi serangan hama dan penyakit. Pencegahan tanaman jagung pada umur 15 hari setelah tanam disemprot dengan Alika 247 ZG yang diproduksi  PT Syngenta Indonesia. Selama penanaman kelapa dan jagung ini tidak terjadi adanya serangan hama dan penyakit yang berarti.

Panen
Tanaman jagung manis varietas Bonanza F1 dapat dipanen apabila tongkol jagung sudah berisi penuh dan besarnya sudah maksimal. Pada jagung varietas Bonanza F1 dipanen pada tanggal 22 Juni 2009 atau 68 hari setelah tanam.  Panen dilakukan dengan cara memilih tanaman yang sudah berisi penuh dan besarnya sudah maksimal  kemudian dipetik dengan menggunakan tangan. Pemanen dilakukan secara bertahap sampai tanggal 26 Juni 2009.
 
Image
Gambar 3. Tongkol jagung varitas Bonanza F1 yang panjangnya bisa sampai 25 cm

Pemasaran jagung manis di Kalimantan Selatan Khususnya Binuang tidak menjadi masalah karena pedagang langsung ke kebun jagung.  Luas lahan yang ditanami jagung manis di lahan  Balai Besar Pertanian Binuang Kalimantan Selatan seluas panjang 72 m dan lebar 12 m = 864 m dengan hasil tongkol 1.455 tonggkol dengan harga antara Rp. 1000 - Rp. 1.100 = Rp. 1.526.000,-(satu juta lima ratus dua puluh enam ribu rupiah)  rincian seperti pada tabel 1 dibawah ini.

Tabel 1. Waktu panen, produksi dan harga jual jagung manis.
N0 Tanggal Jumlah Harga (Rp) Total (Rp)
 1 22 Juni 2009 505 1.100 555.500
 2 22 Juni 2009 455 1.000 455.000
 3 23 Juni 2009 125 1.100 137.500
 4 23 Juni 2009 110 1.000 110.000
 5 24 Juni 2009 80 1.100 88.000
 6 24 Juni 2009 160 1.000 160.000
 7 26 Juni 2009 20 1.000 20.000
 T o t a l 1.455 1.526.000

Kalau dikonversi ke satu ha  10.000 m : 864 m = 11,574 m. Dalam 1 ha dapat menghasilkan tonggkol 1.455 x 11,574 = 16.840 tonggkol dengan asumsi harga per tonggkol Rp 1.000 sehingga total hasil kotor yang diperoleh = Rp. 16.840.000,-(enam belas juta delapan ratus empat puluh ribu rupiah).
Setelah tanaman jagung dipanen pertumbuhan kelapa yang ada tanaman sela jagung manis menunjukkan pertumbuhan yang sama baiknya dengan tanaman kelapa yang  tidak ada tanaman jagungnya.

DAFTAR PUSTAKA.
Anonim. 2008. Brosur Bonanza F1. PT East West Seed Indonesia. Purwakarta-Jawa Barat.
Setyamidjaja.D.1994. Bertanam kelapa. Kanisisus. Yogyakarta.
Pemutakhiran Terakhir ( Thursday, 17 February 2011 )
 

MAKANAN KHAS KOTA JOGJA

Sejarah Gudeg


Gudeg bagi sebagian orang asli Yogyakarta, yang lahir sebelum era kemerdekaan, seperti Mbah Pawiro Wiyono (75 tahun), petani buta huruf warga Desa Tlogoadi Kecamatan Mlati merupakan lauk pauk yang sudah dikenalnya sejak kecil. Nasi gudeg, demikian ia menyebut makanan tradisional masyarakat Yogyakarta yang terus eksis hingga sekarang. Mbah Pawiro menyebut gudeg sebagai makanan dari gori (nangka muda) yang rasanya manis tapi gurih, karena tambahan bumbu arehnya (santan kental) dan ampas minyak kelapa (klendo) yang lezat. Ditambah lauk pauk lainnya seperti tahu, sambal krecek dan daging ayam. Artinya, lelaki tua ini hanya mengenal gudeg basah. Kalau begitu, kapan orang Yogya mengenal gudeg kering yang relatif lebih awet dan tahan lama?
Gudeg, bukan berasal dari dalam lingkungan Kraton Yogyakarta. Namun merupakan makanan tradisional masyarakat. Gori atau nangka muda, adalah bahan baku utama gudeg yang lebih umum dikenal. Sebab di masa lalu, bahan baku ini sangat mudah diperoleh di kebun-kebun milik masyarakat Yogyakarta. “Walaupun ada pula bahan lainnya seperti manggar (pondoh kelapa), karena dulu batang pohon kelapa kerap dijadikan bahan bangunan dan jumlahnya banyak, tidak seperti sekarang. Selain itu ada pula gudeg dari rebung (anakan pohon bambu), tapi yang ini sekarang amat langka dibuat gudeg. Di jaman dulu orang Yogya hanya mengenal satu jenis gudeg, yakni gudeg basah. Gudeg kering dikenal setelahnya, sekitar 57-an tahun dari saat sekarang ini. Hal ini setelah orang-orang dari luar Yogya mulai membawanya sebagai oleh-oleh. Keuntungannya, gudeg pun tumbuh sebagai home industry makanan tradisional di Yogya.ketika kami membahas kemungkinan makanan ini merupakan bekal berperang bagi pasukan Sultan Agung saat menyerbu Batavia, ternyata juga tidak tepat dianggap demikian. Apalagi tak ditemukan adanya literatur yang menyebutkan hal ini. Seperti disebut di bagian awal, di masa lalu orang Yogya belum mengenal gudeg kering yang biasa ditaruh di besek atau kendil, serta awet dibawa ke luar kota. “Pada penyerbuan pertama ke Batavia di tahun 1726-1728, pasukan Sultan Agung kalah. Setelah dibahas bersama para penasihat dan panglima perangnya, kekalahan pasukannya karena banyak yang mati dan lelah akibat kelaparan. Kesimpulannya, pasukan mereka butuh beras untuk tetap kuat sampai ke Batavia, ketika menceritakan kembali penyerbuan itu, berdasarkan literatur yang dibacanya. Lalu akhirnya pada penyerbuan pasukan Sultan Agung yang kedua kalinya, dibuatlah daerah-daerah logistik di kawasan Pantura. Dari sinilah muncul wilayah yang disebut Batang, Brebes, Bumiayu dan lainnya, yang menjadi lumbung beras bagi pasukannya. “Soal lauk pauknya apa, ya apa yang dapat dimasak di daerah logistik tersebut. Tidak harus gudeg, apalagi belum ada gudeg kering. Selain itu berdasarkan informasi dari abdi dalem Kraton Yogyakarta yang sudah sepuh, menu gudeg tidak berasal dari dalam istana. Tidak seperti stup jagung, yang memang dari istana karena menjadi klangenan salah satu sultan,” lanjut Herman. Tentu saja penuturan ini bukanlah sebuah akhir dari suatu diskusi tentang sejarah gudeg. Sebab siapa tahu, ada yang dapat menjelaskan lebih baik lagi. Misalnya, mengapa di dekat lingkungan Kraton Yogyakarta (kawasan Benteng di Jln. Wijilan) ada banyak penjual gudeg? Apa kaitannya dengan kraton?

GAMELAN JAWA


Gamelan Jawa

Februari 9th, 2012, posted in budaya jawa, falsafah Jawa, musik jawa
Gamelan Jawa adalah ensembel musik yang biasanya menonjolkan metalofon, gambang, gendang, dan gong. Musik yang tercipta pada Gamelan Jawa berasal dari paduan bunyi gong, kenong dan alat musik Jawa lainnya. Irama musik umumnya lembut dan mencerminkan keselarasan hidup, sebagaimana prinsip hidup yang dianut pada umumnya oleh masyarakat Jawa.
gamelan-jawa

Gamelan Jawa terdiri atas instrumen berikut:
Sejarah Gamelan
Kata Gamelan sendiri berasal dari bahasa Jawa “gamel” yang berarti memukul / menabuh, diikuti akhiran “an” yang menjadikannya sebagai kata benda.  Sedangkan istilah gamelan mempunyai arti sebagai satu kesatuan alat musik yang dimainkan bersama.
Tidak ada kejelasan tentang sejarah terciptanya alat musik ini. Tetapi, gamelan diperkirakan lahir pada saat budaya luar dari Hindu – Budha  mendominasi Indonesia. Walaupun pada perkembangannya ada perbedaan dengan musik India, tetap ada beberapa ciri yang tidak hilang, salah satunya adalah cara “menyanyikan” lagunya. Penyanyi pria biasa disebut sebagai wiraswara dan penyanyi wanita disebut waranggana.
Menurut mitologi Jawa, gamelan diciptakan oleh Sang Hyang Guru pada Era Saka. Beliau adalah dewa yang menguasai seluruh tanah Jawa, dengan istana yang berada di gunung Mahendra di daerah Medangkamulan (sekarang Gunung Lawu).
Alat musik gamelan yang pertama kali diciptakan adalah “gong”, yang digunakan untuk memanggil para dewa. Setelah itu, untuk menyampaikan pesan khusus, Sang Hyang Guru kembali menciptakan beberapa peralatan lain seperti dua gong, sampai akhirnya terbentuklah seperangkat gamelan.
Pada jaman Majapahit, alat musik gamelan mengalami perkembangan yang sangat baik hingga mencapai bentuk seperti sekarang ini dan tersebar di beberapa daerah seperti Bali, dan Sunda (Jawa Barat).
Bukti otentik pertama tentang keberadaan gamelan ditemukan di Candi Borobudur, Magelang Jawa Tengah yang berdiri sejak abad ke-8. Pada relief-nya terlihat beberapa peralatan seperti suling bambu, lonceng, kendhang dalam berbagai ukuran, kecapi, alat musik berdawai yang digesek dan dipetik, termasuk sedikit gambaran tentang elemen alat musik logam. Perkembangan selanjutnya, gamelan dipakai untuk mengiringi pagelaran wayang dan tarian. Sampai akhirnya berdiri sebagai musik sendiri dan dilengkapi dengan suara para sinden.
Gamelan yang berkembang di Jawa Tengah, sedikit berbeda dengan Gamelan Bali ataupun Gamelan Sunda. Gamelan Jawa memiliki nada yang lebih lembut apabila dibandingkan dengan Gamelan Bali yang rancak serta Gamelan Sunda yang mendayu-dayu dan didominasi suara seruling. Menurut beberapa penelitian, perbedaan itu adalah akibat dari pengungkapan terhadap pandangan hidup “orang jawa” pada umumnya.
Pandangan yang dimaksud adalah : sebagai orang jawa harus selalu “memelihara keselarasan kehidupan jasmani dan rohani, serta keselarasan dalam berbicara dan bertindak”. Oleh sebab itu, “orang jawa” selalu menghindari ekspresi yang meledak-ledak serta selalu berusaha mewujudkan toleransi antar sesama. Wujud paling nyata dalam musik gamelan adalah tarikan tali rebab yang sedang, paduan seimbang bunyi kenong, saron kendang dan gambang serta suara gong pada setiap penutup irama.
Penalaan dan pembuatan orkes gamelan adalah suatu proses yang sangat kompleks. Gamelan menggunakan empat cara penalaan, yaitu “sléndro”,  “pélog”,  ”Degung” (khusus daerah Sunda, atau Jawa Barat), dan “madenda” (juga dikenal sebagai diatonis), sama seperti skala minor asli yang banyak dipakai di Eropa.
  • Slendro memiliki 5 nada per oktaf, yaitu :  1 2 3 5 6 [C- D E+ G A] dengan perbedaan interval kecil.
  • Pelog memiliki 7 nada per oktaf, yaitu :  1 2 3 4 5 6 7 [C+ D E- F# G# A B] dengan perbedaan interval yang besar.
Komposisi musik gamelan diciptakan dengan beberapa aturan, yang terdiri dari beberapa putaran dan pathet, dibatasi oleh satu gongan serta melodinya diciptakan dalam unit yang terdiri dari 4 nada.
Gamelan Jawa merupakan seperangkat instrumen sebagai pernyataan musikal yang sering disebut dengan istilah karawitan. Karawitan berasal dari bahasa Jawa rawit yang berarti rumit, berbelit-belit, tetapi rawit juga berarti halus, cantik, berliku-liku dan enak. Kata Jawa karawitan khususnya dipakai untuk mengacu kepada musik gamelan, musik Indonesia yang bersistem nada non diatonis (dalam laras slendro dan pelog) yang garapan-garapannya menggunakan sistem notasi, warna suara, ritme, memiliki fungsi, pathet dan aturan garap dalam bentuk sajian instrumentalia, vokalia dan campuran yang indah didengar.
Gamelan yang lengkap mempunyai kira-kira 72 alat dan dapat dimainkan oleh niyaga (penabuh) dengan disertai 10 – 15 pesinden dan atau gerong. Susunannya terutama terdiri dari alat-alat pukul atau tetabuhan yang terbuat dari logam. Alat-alat lainnya berupa kendang, rebab (alat gesek), gambang yaitu sejenis xylophon dengan bilah-bilahnya dari kayu, dan alat berdawai kawat yang dipetik bernama siter atau celepung.
Secara filosofis gamelan Jawa merupakan satu bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan masyarakat Jawa. Hal demikian disebabkan filsafat hidup masyarakat Jawa berkaitan dengan seni budayanya yang berupa gamelan Jawa serta berhubungan erat dengan perkembangan religi yang dianutnya.
Pada umumnya alat-alat musik yang terdapat dalam perangkat Gamelan terdiri dari:
1. Counter-Melody, adalah alat-alat musik yangterdiri atas:


  • Gambang, adalah alat yang menyerupai instrument metallophone, tetapi bilah-bilahnyaterbuat dari kayu atau tembaga.
  • Suling, adalah alat musik tiup yang biasanya terbuat dari bambu. Dibedakan atas dua tipe: 1)suling dengan lima lubang (finger-holes) untuk laras Pelog; 2) suling dengan empat lubanguntuk laras slendro
  • Rebab, adalah alat musik gesek yang dapat menghasilkan suara cukup keras
  • Siter atau Celempung, adalah alat petik sejenis gitar tetapi memiliki senar yang lebih banyak.
2. Drum terdiri atas:
  • Bedug, adalah alat musik tabuh yang terbuat dari sepotong batang kayu besar yang telahdilubangi bagian tengahnya sehingga menyerupai tabung besar. Pada ujung batang yangberukuran besar ditutup dengan kulit binatang (biasanya kulit sapi, kerbau atau kambing).Bedug menimbulkan suara berat, rendah, tapi dapat didengar sampai jarak yang jauh.
  • Kendang, adalah alat musik tabuh menyerupai bedug tetapi memiliki ukuran yang lebih kecil.Kendang biasanya dimainkan oleh pemain gamelan profesional. Kendang dapat dibagimenjadi empat berdasarkan ukuran dari yang terbesar sampai yang terkecil: KendangGending, Kendang Wayangan, Kendang Ciblon, dan Kendang Ketipung.
3. Gong, terdiri dari:
Gong yang digantung. Dapat dibedakan dalam dua jenis yaitu:
  • Gong Ageng, adalah gong terbesar dalam Gamelan Jawa dan dipercaya sebagai“roh” dalam Gamelan. Oleh karena itu, gong ini sangat dihormati. Biasanya GongAgeng ditempatkan di belakang Gamelan.
  • Kempul, adalah gong gantung yang memiliki ukuran lebih kecil dari Gong Ageng.
Gong yang diletakkan diatas tali yang direntangkan pada bingkai kayu (tempat yang terbuatdari kayu ini kadang disebut “Rancakan”). Dapat dibedakan dalam 4 (empat) jenis gong,yaitu:
1. Bonang,
adalah satu set gong yang terdiri dari sepuluh sampai empat belas gong-gong kecil dengan posisi horizontal  yang
tersusun dalam dua deretan.
Ada duamacam Bonang, yaitu:
  • Bonang Barung, yaitu Bonang berukuran sedang, beroktaf tengah sampaitinggi
  • Bonang Panerus, yaitu Bonang berukuran kecil tetapi titi nadanya lebih tinggisatu oktaf dibandingkan Bonang Barung.
2. Kenong, adalah gong terbesar yang diletakkan diatas tali yang direntangkan pada bingkaikayu. Dalam beberapa       Gamelan, satu bingkai kayu dapat berisi 3 (tiga) Kenong
3.Ketuk dan Kempyang. Adalah gong-gong yang diletakkan di sebelah Kenong. Ketuk danKempyang selalu ditempatkan dalam sebuah kotak kayu.

4. Metallophones,
adalah alat-alat musik berbentuk bilahan lempengan yang terdiri dari enam tautujuh bilah, ditumpangkan pada bingkai kayu yang juga berfungsi sebagai resonator. Alat-alat musikini dapat dibedakan menjadi 2 (dua) jenis, yaitu:
a. Saron, terdiri atas:
  1. Saron Demung, yaitu alat musik dengan bilahan paling besar dalam keluarga Sarondan menghasilkan nada rendah. Titi nada Saron Demung lebih rendah satu oktaf dibanding Saron Barung. Saron Demung juga dapat dibedakan dalam 2 (dua) tipe:Demung Slendro dan Demung Pelog.
  2. Saron Barung. Dibandingkan dengan Saron Demung & Saron Panerus, SaronBarung memiliki bilahan logam menengah (medium). Titi nadanya satu oktaf lebihrendah dari Saron Panerus dan satu oktaf lebih tinggi dari Saron Demung. SaronBarung juga dapat dibedakan dalam 2 (dua) tipe: Barung Slendro dan Barung Pelog.
  3. Saron Panerus atau seringkali disebut dengan julukan Peking. Ini merupakankeluarga Saron yang paling kecil. Dibandingkan Saron Barung, Saron Panerusmemiliki titi nada lebih tinggi satu oktaf. Saron Barung juga dapat dibedakan dalam 2(dua) tipe: Panerus Slendro dan Panerus Pelog
b. Gender, adalah alat musik yang terdiri dari bilah-bilah metal yang ditegangkan dengan tali.
Gender dapat dibedakan menjadi:
  • Slentem, adalah alat musik dengan bilah metal dan resonator terbesar dalamkeluarga gender. Biasanya Slentem memiliki tujuh bilah dan memiliki titi nada satuoktaf dibawah Saron Demung
  • Gender, terdiri atas:
  1. Gender Barung. Gender Barung memiliki bilah metal dengan ukuran sedangdalam keluarga Gender. Gender Barung memiliki titi nada satu oktaf lebihrendah dari Gender Panerus.
  2. Gender Panerus. Gender Panerus memiliki bilah-bilah yang paling kecildalam keluarga Gender. Gender Panerus memiliki titi nada satu oktaf lebihtinggi daripada Gender Barung
Masing-masing dari alat-alat musik (perangkat) tersebut diatas memiliki fungsi-fungsi khusus yang saling mengisi dan melengkapi sehingga menciptakan harmonisasi antara satu sama lain. Setiap alat musik sudah memiliki pakem yang tertuang dalam phatet (pembatasan wilayah nada).


sumber :
http://wonojoyo.com/sejarah-gamelan-jawa/
http://tengkoraksakti.blogspot.com/2010/05/gamelan-jawa-sejarah-dan-misteri.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Gamelan_Jawa
http://www.scribd.com/doc/27559092/PERANGKAT-GAMELAN-JAWA

Ragam Budaya Indonesia – Artikel Kebudayaan Indonesia – Seni Budaya Indonesia


Ondel-ondel mungkin bukan lagi barang baru bagi masyarakat Indonesia khususnya mereka yang tinggal di Ibukota Jakarta. Tampilannya yang unik dan menarik membuat Ondel-ondel selalu menjadi pusat perhatian terlebih pada saat-saat tertentu seperti pertengahan tahun mendekati ulang tahun kota Jakarta.
Meskipun sudah banyak yang mengenal Ondel-ondel, namun nyatanya tak banyak orang yang mengetahui bagaimana pembuatan Ondel-ondel serta apa makna dari Ondel-ondel itu sendiri. Terlebih dengan kemajuan zaman dan teknologi, Ondel-ondel semakin tergerus oleh kemajuan zaman.
Ondel-ondel itu sendiri adalahsemacam boneka raksasa yang merupakan salah satu bentuk pertunjukan rakyat betawi yang seringkali ditampilkan pada pesta-pesta rakyat. Biasanya Ondel-ondel berukuran besar sekitar 2,5 meter dan dibuat secara berpasangan. .Ondel-ondel menggunakan bahan baku berupa bambu yang dibentuk sebagai rangka boneka. Selain rangka, yang harus dibuat adalah topeng. Topeng tersebut terbuat dari bahan fiber glass. Ondel-ondel juga dipasangkan pakaian yang dibuat seperti pakaian khas betawi.
Berhubung Ondel-ondel dibuat sepasang, yakni laki-laki dan perempuan maka untuk membedakannya wajah Ondel-ondel laki-laki biasanya di cat merah dan yang perempuan di cat putih. Pembuatan Ondel-ondel biasanya terbagi atas beberapa tahapan seperti bagian bawah, pinggang, leher, bahu, serta topeng.
Pada tradisi betawi, biasanya Ondel-ondel digunakan sebagai penolak bala atau mengusir roh jahat dengan cara diarak keliling kampung. Bahkan ada ritual memberi minum air kelapa hijau atau kopi pahit serta rokok ataupun telur ayam kampung sebagai sesaji kepada leluhur. Cara memberi minuman kepada Ondel-ondel yakni dengan menaruhkannya dalam kerangka tubuh Ondel-ondel.
Meskipun populer dengan nama Ondel-ondel namun dahulu masyarakat betawi menyebutnya Barongan yang berasal dari kata Barengan yang artinya bareng-bareng atau bersama-sama. Mengarak Ondel-ondel pun harus lengkap dengan musik pengiring. Alat musik pengiringnya biasanya tabuhan kenong, kemong dan gendang. Biasanya musik pengiring memainkan lagu-lagu betawi seperti Lenggang Kangkung, Kicir-Kicir, atau Sirih Kuning. Terkadang diiringi juga dengan kesenian bela diri khas betawi yakni pencak silat. Saat ini pelaksanaannya pun beragam, seperti mengarak Ondel-ondel dengan alat musik tanjidor atau gambang kromong.
Seiring dengan waktu, Ondel-ondel semakin jarang ditampilkan sebagai instrumen kebudayaan. Saat ini, orang lebih banyak menggunakan Ondel-ondel sebagai instrumen pariwisata. Itupun banyak dilakukan oleh institusi pemerintahan terkait atau pusat perbelanjaan. Waktunya pun hanya bisa dijumpai pada acara-acara perayaan pekan kebudayaan. Selain itu pengrajin Ondel-ondel juga semakin menyusut. Padahal dengan melestarikan Ondel-ondel berarti kita turut melestarikan kebudayaan bangsa yang menjadi salah satu kekayaan nusantara.

BUDAYA BALI


Menyelami Adat dan Kebudayaan Masyarakat Bali

Dalam setiap bangsa dipastikan memiliki adat dan kebudayaannya masing-masing. Untuk itu, mereka memiliki kewajiban untuk melestarikan dan mengimplementasikan segala adat dan kebudayaannya tersebut secara sungguh-sungguh. Demikian halnya dengan adat dan kebudayaan yang ada di Pulau Dewata Bali yang hingga kinipun masih dipegang teguh secara konsisten oleh masyarakatnya.
Adat dan kebudayaan yang ada pada masyarakat Bali sangat erat kaitannya dengan agama dan kehidupan relijius masyarakat Hindu. Keduanya telah memiliki akar sejarah yang demikian panjang dan mencerminkan konfigurasi ekspresif dengan dominasi nilai dan filosofi relijius agama Hindu. Dalam konfigurasi tersebut tertuang aspek berupa esensi keagamaan, pola kehidupan, lembaga kemasyarakatan, maupun kesenian yang ada didalam masyarakatBali.
Agama Bali
Mayoritas masyarakat Bali menganut ajaran Hindu yang mempunyai kerangka dasar dengan meliputi tiga hal; filsafat, upacara, dan Tata Susila. Secara hakikat ajaran Bindu merupakan Panca Cradha yang memiliki arti lima keyakinan yakni Widhi Cradha ialah keyakinan akan adanya Tuhan Yang Maha Esa, Atma Cradha ialah keyakinan akan adanya atman atau jiwa pada setiap makhluk, Karma Pala Cradha ialah keyakinan terhadap hukum perbuatan, Punarbhawa Cradha adalah keyakinan terhadap adanya reinkarnasi atau kelahiran kembali setelah kematian, Moksa Cradha adalah keyakinan terhadap moksa yaitu kebahagiaan yang kekal abadi.
Pola Kehidupan Masyarakat
Pola kehidupan masyarakat Bali sangat rigid dan terikat pada norma-norma baik agama maupun sosial. Dalam konteks norma agama misalnya, setiap pemeluk Hindu Bali wajib untuk melaksanakan sembahyang atau pemujaan pada pura tertentu diwajibkan pada satu tempat tinggal bersama dalam komunitas, dalam kepemilikan tanah pertanian diwajibkan dalam satu subak tertentu, diwajibkan dalam status sosial berdasarkan warna, pada ikatan kekerabatan diwajibkan menurut prinsip patrilineal.
Pola Pemukiman
Struktur pemukiman masyarakat Bali dapat dibedakan dalam dua jenis yaitu pemukiman pola kosentris seperti yang terjadi pada masyarakat Bali yang tinggal di pegunungan dan pemukiman menyebar seperti yang terjadi pada masyarakat Bali yang berada di dataran rendah.  Pada pola kosentris, desa adat yang menjadi titik sentral. Sedangkan pada pola menyebar, desa terbagi-bagi kedalam satu kesatuan wilayah yang lebih kecil yang disebut Banjar.
Selamat Berkunjung! 

KEINDAHAN PANTAI LASIANA



Pariwisata adalah suatu fenomena yang sangat kompleks untuk dijabarkan menjadi suatu definisi yang dapat diterima secara universal karena memiliki keunggulan yang berkualitas. Berbagai persepsi pemahaman pariwisata sebagai industri, sebagai aktivitas, atau sebagai suatu sistem.  Adapun aspek yang mendasari pariwisata sebagai sistem adalah lokasi keberadaan wisatawan, rute antara, dan daya tarik wisata. Termasuk di dalamnya adalah ketersediaan pengatur perjalanan, moda transportasi serta fasilitas perlintasan antara negara, daya tarik, aktivitas serta fasilitas wisata. Hubungan ketiga aspek tersebut, tidak terlepas dari adanya keterkaitan dengan pelaku (pemerintah, swasta/ industri, masyarakat), komponen yaitu pasar, perjalanan, tujuan, dan pemasaran, penyelenggaraan (perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan) serta dari kelembagaan (organisasi dan kebijakan).  
Pariwisata tak bisa dilepaskan sebagai salah satu sektor pembangunan yang menyeluruh. Itu sebabnya, penyelenggaraan pariwisata harus memperhatikan prinsip partisipasi masyarakat, hak budaya lokal, aspek konservasi sumber daya, pendidikan dan pelatihan, promosi, akuntabilitas, serta pemantauan dan evaluasi. Kesiapan penyelenggaraan pariwisata berkelanjutan akan diketahui apabila berbagai pertanyaan yang timbul terjawab dengan baik. Dalam konteks pembangunan berkelanjutan, pariwisata harus dipandang sebagai suatu sistem. Dalam sistem tersebut tercakup berbagai komponen yang saling berinteraksi dan saling mempengaruhi meliputi: pasar, destinasi, perjalanan dan pemasaran. Oleh karena itu perlu adanya sinergi kebijakan yang mengatur penyelenggaraan pariwisata.    
 Berkaitan dengan pembangunan yang berkelanjutan pariwisata memiliki keterikatan yang sangat unik karena mampu melibatkan berbagai sektor untuk mewujudkannya. Salah satunya adalah pengembangan destinasi pariwisata, yang didalamnya terdapat atraksi wisata. Dan pantai Lasiana adalah salah satu contoh nyata dari atraksi wisata yang mempengaruhi proses pembangunan pariwisata berkelanjutan di Kota Kupang sesuai dengan sistem pariwisata. Banyak hal yang telah dilakukan oleh pemerintah Kota Kupang untuk mengembangkan kawasan wisata ini sehingga layak disebut sebagai atraksi wisata. 

Latar Belakang Pantai Lasiana 
Sebagai Provinsi kepulauan, Nusa Tenggara Timur menggantungkan potensi wisatanya kepada pantai-pantai indah yang menghiasi hampir semua batas daerahnya. Salah satu pantai indah yang menjadi andalan pariwisata provinsi ini adalah pantai Lasiana. Pantai Lasiana secara fisik merupakan pantai berpasir putih sepanjang 2 kilometer, memanjang dari timur ke barat sepanjang sisi utara pulau Flores, pulau utama provinsi ini. Pantai yang cantik ini terletak di kecamatan Kupang Tengah sekitar 12 kilometer dari ibukota provinsi NTT, Kota Kupang. Karena berada diantara kepulauan Nusa Tenggara Timur di sepanjang laut flores dan Pulau Flores, Pantai Lasiana yang berhadapan langsung dengan Laut Sawu memiliki ombak yang tenang, air yang bening serta dasar pantai yang sepenuhnya pasir putih tanpa karang. Hal ini membuat pantai Lasiana sangat cocok untuk berenang, berjemur, atau sekedar dinikmati keindahannya. Di sepanjang pinggir pantai banyak terdapat pohon tinggi dan berfungsi untuk menaungi bibir pantai. Ada sekitar 65 pohon kelapa dan 230 pohon lontar tua yang hingga kini masih produktif yang berada di bibir pantai. Pada hari biasa, kawasan pantai ini sepi dari pengunjung. 


Pantai Lasiana mulai dibuka untuk umum sekitar tahun 1970-an. Sejak Dinas Pariwisata NTT memoles dengan membangun berbagai fasilitas pada tahun 1986, Pantai Lasiana ramai dikunjungi turis asing. Pantai nan landai sekitar 3,5 hektar atau tepatnya 35.065 persegi ini, berudara sejuk karena dinaungi 65 pohon kelapa dan 230 pohon lontar tua yang hingga kini masih produktif. Pantainya berpasir putih halus, lautnya biru, airnya jernih dengan debur ombak yang bergulung-gulung kecil, tenang. Keindahan pantai ini bukan karena fasilitas buatan, tetapi lebih karena karakter alamnya. Pantai Lasiana mempunyai topografi menarik, pada bagian barat terdapat perbukitan, sehingga keseluruhan kawasan ini mempunyai variasi unik, yaitu perpaduan antara perbukitan dan pantai. Di sisi timur terdapat hutan mangrove (bakau) yang tumbuh rapat. Di dalamnya terdapat aneka satwa, mulai dari burung bangau di atas pepohonan maupun kepiting, ikan, udang, ular, dan sebagainya di dasar hutan. Demikian pula di ujung barat.
  • Awal hingga pertengahan tahun 1980-an, Pantai Lasiana banyak dikunjungi turis asing dari Jerman, Australia, Inggris, dan Amerika Serikat.
  •  Mulai awal tahun 1990-an, perlahan-lahan hutan bakau semakin tipis dan akhirnya nyaris habis sama sekali di awal tahun 2000. Di sebelah timur dibabat oleh investor yang katanya ingin membangun hotel dan resort di situ. 
  • Sedangkan di sebelah barat digunduli ketika ada even duel meet moto-cross Indonesia-Australia pada tahun 1995. 
  • Seiring menipisnya mangrove, karang laut di ujung timur dan barat Pantai Lasiana pun perlahan ikut mati hingga akhirnya nyaris musnah. Karang laut mati akibat tertimbun lumpur yang langsung masuk laut karena vegetasi yang tadinya berfungsi sebagai saringan sudah tiada. Belum lagi penggalian karang laut untuk dijadikan kapur dan penambangan pasir di tepi pantai sekitar tahun 1980-an. 
  • Abrasi tak terhindarkan. Ratusan atau bahkan ribuan pohon kelapa yang sebelumnya memadati pinggiran pantai, perlahan habis karena tumbang dihantam ombak besar ketika badai. 
  • Terparah pada Desember 1990 hingga Januari 1991, dimana terjadi badai besar yang belum pernah kulihat sebelumnya. Ombak setinggi lebih dari 5 atau 6 meter bahkan mampu merobohkan “Batu Nona”. Ini adalah batu karang setinggi kira-kira 15 meter yang bentuknya menyerupai perempuan sedang berdiri sambil melambaikan tangan. Kini si “Nona” telah “tertidur” dan semakin terbenam, tertimbun pasir. 
  • Dalam masa sekitar 20 tahun, bibir pantai telah ‘merangsek’ hampir 500 meter ke daratan. Maka pantai yang indah dan sangat alami di era 70-80-an itu, kini menjadi pantai yang gersang seperti tak terawat.
  • Rusaknya vegetasi dan karang laut itu berbanding lurus dengan semakin sedikitnya hasil tangkapan nelayan setempat. Nelayan tradisional dengan peralatan tangkap “bagan”, yang dulunya mampu menghasilkan berton-ton ikan hanya dalam semalam, kini kehilangan penghasilan. Mendapat satu ember ikan teri (kira-kira 30 kg) saja sudah terhitung banyak.

Namun karena itu pula, Pemerintah Kota Kupang berusaha menyelamatkan pantai itu dengan membangun tanggul-tanggul pemecah ombak. Sepanjang bibir pantai dibangun tanggul beton setinggi kira-kira setengah meter. Sementara di ujung barat dibangun tanggul pemecah ombak setinggi dua meter yang menjorok masuk ke laut, kira-kira sepanjang 800 meter. Toh semua itu tak mengembalikan ‘wajah’ Pantai Lasiana seperti sediakala. Karena keunggulan pantai itu di era 1970-an hingga 1980-an terletak pada vegetasi dan indahnya karang di dasar laut. 
Banyak fasilitas yang pernah dibangun pemerintah Provinsi NTT di sana. Seperti kolam renang, home stay (semacam cottage), dan sebagainya. Namun semuanya tak terurus dan dibiarkan terbengkalai hingga akhirnya rusak dengan sendirinya. Pembangunan fasilitas itu seperti hanya untuk menghabiskan anggaran saja. Tidak ada yang bisa dinikmati oleh wisatawan. Pantai yang dahulunya sangat indah itu terus mengalami kemunduran. Seandainya masyarakat bisa digerakkan untuk menumbuhkan kembali vegetasinya, keindahan pantai itu pasti bisa kembali seperti sediakala. 


Akan tetapi, dalam kondisi yang sudah rusakpun, Pantai Lasiana masih menyimpan pesona. Permukaan pasirnya datar dengan kemiringan hanya sekitar 5-10 persen, sangat cocok untuk bermain sepakbola pantai. Pasirnya putih bersih dan bercahaya ketika tertimpa cahaya. Dasar lautnya berpasir, bukan lumpur, sebagaimana kebanyakan pantai di Pulau Timor. Sehingga airnya selalu jernih. Inilah yang membuat wisatawan paling suka mandi dan berenang di pantai ini. Menariknya, dari pantai ini, orang bisa menyaksikan sunrise sekaligus sunset. Jadi, indahnya matahari terbit dan terbenam bisa dinikmati sekaligus. Di tepi pantai masih terdapat ratusan pohon “tuak” alias pohon lontar berbaris tegak. Pohon-pohon ini secara rutin disadap untuk diambil niranya atau disebut “iris tuak” oleh orang Kupang. Aktivitas iris tuak oleh warga suku Rote, ini menjadi suguhan menarik, karena sekaligus sebagai “atraksi” pariwisata tanpa perlu agenda khusus yang menelan biaya. Turis bisa menikmati sedapnya nira lontar atau “tuak” dalam istilah orang Rote, yang baru disadap. Rasanya manis, asam, dan agak sepat. Apalagi nira yang baru disadap, warnanya agak merah dan rasanya sangat manis, seperti air gula. Hasil sadapan nira atau tuak itu dimasak di tungku tanah menggunakan periuk tanah. Hasilnya adalah gula lontar yang manis rasanya. Aktivitas ini bisa menjadi “jualan” menarik bagi turis asing sehingga kegiatan ini mampu dijadikan sebagai atraksi wisata yang hanya anda dapatkan dipantai Lasiana ini. 
Oleh karena itu, Sesuai rencana pengembangan Pemkot Kupang, Pantai Lasiana akan dijadikan Taman Budaya Flobamora, yakni sebutan yang mengacu pada keseluruhan suku bangsa di dekat Pantai Lasiana, antara lain, Flores, Sumba, Timor dan Alor. Banyak fasilitas yang pernah dibangun pemerintah Provinsi NTT di sana. Seperti kolam renang, home stay (semacam cottage), dan sebagainya. Namun semuanya tak terurus dan dibiarkan terbengkalai hingga akhirnya rusak dengan sendirinya. Pembangunan fasilitas itu seperti hanya untuk menghabiskan anggaran saja. Tidak ada yang bisa dinikmati oleh wisatawan. Padahal anggaran yang dikucurkan mencapai ratusan juta atau mungkin miliaran rupiah.Sebagian besar pengelola atau yang mengisi aktivitas di sekitar pantai ini adalah masyarakat sekitar yang menjual berbagai macam hasil bumi dengan menggunakan peralatan sederhana. Salah satu yang khas adalah jagung bakar, dimana jagung yang dijual ini ditanam sendiri dikebun sekitar rumah dan setelah itu dijual di area pantai Lasiana.  
Peran pemerintah kota setempat juga sangat dibutuhkan untuk melibatkan investor untuk mengembangkan kawasan wisata yang potensial itu dengan berbagai tawaran insentif. Misalnya tidak ditarik pajak dalam tempo 25 tahun dan memberikan kemudahan dalam perizinan investasi. Potensi wisata itu tak pernah secara khusus dan serius “dijual” kepada investor. Memang ada ‘sedikit’ persoalan pemilikan lahan dengan warga setempat. Namun sesungguhnya itu bukan masalah utamanya. Kegagalan mengembangkan potensi wisata itu lebih karena ketidak mampuan pengelolaan serta lemahnya mental kewirausahaan yang dimiliki pemerintah daerah, sejak masih menjadi wilayah Pemerintah Kabupaten Kupang, hingga masuk wilayah Pemerintah Kota Kupang. Oleh karena itu, diperlukan suatu keberanian dari pemerintah untuk mulai bergerak untuk mempertahankan keberlanjutan suatu kawasan wisata karena dampaknya sangat besar terhadap kota Kupang.

Tinjauan Pustaka
Istilah Pariwisata berasal dari bahasa Sanskerta, yang terdiri dari dua suku kata yaitu “pari” dan “wisata”, yang berarti berulang-ulang atau berkali-kali. Dorongan kepergian adalah karena berbagai kepentingan, baik karena kepentingan ekonomi, sosial, budaya, politik, kebudayaan, agama, kesejahteraan maupun kepentingan lain seperti karena sekedar ingin tahu, menambah pengalaman ataupun untuk tujuan pembelajaran. Menurut Oka A. Yoeti dalam bukunya Pengantar Ilmu Pariwisata (1983:109) memberikan pengertian pariwisata sebagai berikut : 
 "Pariwisata adalah suatu perjalanan yang dilakukan untuk sementara waktu, yang diselenggarakan dari suatu tempat ke tempat yang lain, dan business atau yang dimaksud bukan untuk berusaha mencari nafkah di tempat yang dikunjungi tetapi samata – mata untuk (menikmati perjalanan tersebut guna bertamasya dan rekreasi atau untuk memenuhi keinginan yang beraneka ragam)". 
Menurut Suwantoro (2001:3) merumuskan hakikat pariwisata adalah : “Suatu proses kepergian sementara dari seseorang atau lebih menuju tempat lain diluar tempat tinggalnya". Dari beberapa definisi diatas, maka dapat disimpulkan faktor – faktor yang harus ada dalam batasan pariwisata adalah sebagai berikut :
·         Perjalanan untuk sementara waktu
·         Perjalanan itu dilakukan dari satu tempat ke tempat yang lain.
·         Perjalanan itu, walaupun apapun bentuknya, harus selalu dikaitkan dengan rekreasi.
·         Orang yang selalu mengadakan perjalanan wisata tersebut tidak mencari nafkah di tempat yang dikunjunginya tetapi semata – mata sebagi konsumen
Sebenarnya sulit untuk membuat perbedaan antara destinasi dan atraksi wisata, karena seperti telah di kemukakan sebelumnya baik istilah destinasi maupun atraksi sering dipahami sebagai satu hal yang sama. Bahkan dalam istilah kepariwisataan di Indonesia dikenal istilah Obyek Daya Tarik Wisata (ODTW). Hal tersebut dimungkinkan melalui pemahaman bahwa di suatu obyek (destinasi) wisata pasti terdapat atraksi wisata, seperti halnya jika seorang wisatawan mengunjungi pantai. Pantai adalah obyek dan di sana ia menikmati atraksi berupa sunset atau deburan ombak dan lain sebagainya. 
Sebagaimana Pendit (2002 :19) menjelaskan bahwa dalam dunia kepariwisataan segala sesuatu yang menarik dan bernilai untuk dikunjungi dan dilihat disebut “atraksi”, atau lazim pula dinamakan “objek wisata”. Atraksi atau obyek wisata, baik yang hadir secara natural, maupun yang biasa berlangsung tiap harinya serta yang khusus diadakan pada waktu tertentu, di Indonesia sangat banyak. Suatu daerah wisata, di samping akomodasi akan disebut “Daerah Tujuan Wisata” apabila daerah tersebut memiliki atraksi-atraksi yang memikat sebagai tujuan kunjungan wisata. Atraksi-atraksi dimaksud antara lain : panorama keindahan alam, seperti gunung, pantai, lembah, air terjun, danau, dan yang merupakan hasil budaya manusia seperti monument, candi, bangunan klasik, peninggalan purbakala, museum, mandala budaya, seni tari/music/kriya, upacara adat, pertandingan. 
Tetapi Sihite (2000 : 166) menyatakan bahwa atraksi wisata adalah sesuatu yang dapat dilihat atau disaksikan melalui suatu pertunjukan (shows) yang khusus diselenggarakan untuk para wisatawan. Jadi lanjutnya atraksi dibedakan dari obyek wisata, karena obyek wisata dapat dilihat atau disaksikan tanpa membayar. Selain itu dalam atraksi wisata untuk menyaksikannya harus dipersiapkan terlebih dahulu, sedangkan obyek wisata dapat dilihat tanpa dipersiapkan terlebih dahulu, seperti danau, pemandangan, pantai, gunung, candi, monumen, dll. Namun jika wisatawan berkunjung ke Bali misalnya untuk menyaksikan kesenian Barong, maka ia harus terlebih dahulu mencari informasi di mana ia dapat menikmati pertunjukan tersebut, karena tidak selalu ada.
 
Analisis Situasional  
Masalah yang muncul harus dibuktikan dengan cara menanalisis situasional secara terperinci. Hal ini perlu dilakukan untuk menganalisis profil dan data yang menjadi  faktor – faktor penting yang menjadi keuntungan dan yang menjadi kerugian. Ada dua faktor penting dalam menganalisa suatu kondisi di kawasan wisata yang menjadi atraksi wisata ini, diantaranya :
1. Faktor Internal
Faktor ini berasal dari dalam kawasan pantai ini sendiri, dimana hal tersebut dapat menjadi kekuatan namun sebaliknya dapat menjadi kelemahan. Yang perlu diperhatikan adalah potensi alam yang dimiliki berupa keindahan yang alami mulai dari pesisir pantai hingga dasar laut sangatlah mendukung untuk menjadikan pantai ini sebagai atraksi wisata bahkan mampu mendatangkan keuntungan bagi perintah daerah.  
2.   Faktor Eksternal 
Faktor ini dapat dikategorikan sebagai faktor luar yang mempengaruhi faktor internal. Yang dimaksudkan adalah lingkungan sekitar, yaitu: Pemerintah daerah, masyarakat sekitar dan lainnya. Kondisi pantai ini tergantung dari faktor eksternal, salah satu contohnya adalah peran pemerintah dalam mengembangkan pantai Lasiana ini menjadi pantai yang potensial, akan menjadi lebih baik ataukah menjadi lebih buruk. Jika dapat melakukan pengelolaan dengan baik maka akan menjadi peluang atau kesempatan yang menguntungkan bahkan akan sangat membantu devisa daerah, namun jika pengelolaannya buruk maka akan menjadi ancaman bagi pihak luar (swasta) untuk mengambil alih pantai tersebut.
Hasil analisis SWOT yang telah diidentifikasi berdasarkan masing – masing faktor dapat memberikan gambaran nyata tentang kondisi lingkungan dan menentukan isu strategis yang akan dijadikan bahan pertimbangan untuk pengembangan kawasan pantai tersebut. Untuk mengetahuinya dapat menggunakan matriks analisis SWOT sebagai berikut :


Matriks Analisis SWOT
Kondisi Lingkungan Strategis
Kekuatan (S)
Pantai Lasiana memiliki nilai dari segi keindahan alam, letak  geografis, ekologi dan aktivitas yang dapat dilakukan, sangat potensial untuk dijadikan atraksi wisata alam sekalipun kondisi dan fasilitas mengalami penurunan dan kerusakan.
Perlindungan hukum pemerintahan menjadi kekuatan untuk bertahan.
Kelemahan (W)
Peranan pemerintah dalam mengembangkan Pantai Lasiana menjadi atraksi wisata tidak sangat lemah dan tidak ada ketegasan. Sehingga berdampak kepada kesadaran dan perilaku masyarakat Fasilitas dan tatanan kawasan yang terbengkalai menyebabkan nilai kualitas dan kuantitas menurun.
Peluang (O)
Mengembangkan atraksi wisata dengan bantuan investor dan tetap terkontrol, setiap fasilitas yang ada diperbaiki dan difungsikan kembali, memperbaiki hutan mangrove yang rusak, serta melibatkan masyarakat untuk mempromosikan pantai sebagai atraksi wisata andalan dan berpotensi.
Strategi  S – O
§  Pemeliharaan dan pengawasan ekosistem pantai dengan konsisten.
§  Pengembangan sumber daya alam menjadi atraksi wisata berkelanjutan dengan bantuan modal dari investor.
§  Pengembangan sarana transportasi, infrastruktur dan fasilitas penunjang.
Strategi W – O
§  Pembangunan sarana dan prasarana pendukung  di kawasan pantai.
§  Peningkatan kualitas sumberdaya manusia.
§  Pengembangan dan penyadaran lingkungan kepada masyarakat.
§  Mempromosikan kawasan wisata pantai secara langsung (teknologi) dan tidak langsung (masyarakat)
Ancaman (T)
Terjadi ancaman kerusakan lingkungan dari luar. Pengendalian oleh  investor tidak bertanggungjawab dapat menimbulkan persaingan, memicu tindak kriminal dan sabotase dalam pemerintah.
Strategi S –T
§  Memanfaatkan potensi sumberdaya alam secara konsisten.
§  Penataan kawasan pantai sesuai dengan tata ruang wilayah dan hukum yang berlaku.
§  Menetapkan investor yang tepat dalam pengembangan atraksi wisata yang ramah lingkungan.
Strategi W – T
§  Peningkatan kualitas dan peranan pemerintah dalam mengembangkan pariwisata.
§  Menyadarkan masyarakat tentang pentingnya nilai etika dan estetika dalam suatu kawasan wisata.

 
Risiko
1. Risiko Operasional (SDM dan sistem)
  • Perubahan sumberdaya manusia yang ramah lingkungan, baik pemerintah maupun masyarakat sekitarnya.
  • Pengendalian pariwisata yang efektif oleh pemerintah.
2. Risiko Reputasi


  • Pemerintah mempertahankan dan mempertaruhkan citra kota Kupang sebagai jaminan atas pengembangan pariwisata yang telah dilakukan.  
  • Pantai Lasiana dapat dikenal sebagai kawasan wisata yang memiliki keunggulan kompetitif.